Brand Lokal vs Thrifting: Panasnya Perdebatan di Dunia Fashion Indonesia
Skena Fashion – Belakangan, media sosial—khususnya TikTok—diselimuti perdebatan sengit antara pendukung brand lokal dan penggemar thrifting. Lebih dari sekadar selera, isu ini menyentuh kebanggaan, gengsi, dan kelas sosial. Di satu sisi, pendukung brand lokal bangga mempromosikan karya anak bangsa yang kreatif dan bahkan tembus pasar internasional. Di sisi lain, penggemar thrifting menilai budaya preloved menawarkan nilai unik: harga terjangkau, barang bermerek internasional, dan gaya orisinal yang jauh dari mainstream.
“Baca selengkapnya: Antara Langit dan Kulit: Simbol Harapan dalam Tato Karya Barim dari Seoul“
Thrifting: Gaya Membeli yang Mendunia
Fenomena thrifting ternyata bukan fenomena baru di Indonesia. Budaya tukar beli pakaian bekas, dulu identik dengan kelas bawah, kini dipopulerkan kembali oleh generasi muda urban sebagai gaya hidup dan bagian dari konsumerisme berkelanjutan. Di balik tren ini, ada sentimen ekonomi, identitas, lingkungan, hingga komunitas—bukan sekadar mencari murah atau vintage semata.
Brand Lokal: Kekuatan Cerita dan Kebanggaan
Menguatnya brand lokal bukan tanpa alasan. Dengan besarnya pasar domestik dan kebutuhan untuk menampilkan produk Indonesia secara global, generasi Z menunjukkan kecenderungan memilih produk lokal yang kualitasnya tak kalah dengan impor. Selain itu, dukungan live commerce melalui platform lokal memperkuat jangkauan brand tersebut ke konsumen lebih luas.
Peran Media Sosial dalam Bentuk Opini dan Preferensi
Perubahan persepsi terhadap thrifting dan brand lokal semakin cepat karena peran media sosial. Platform seperti Instagram, TikTok, dan e-commerce seperti Shopee dan Tokopedia telah membentuk realitas baru: gaya hidup second-hand yang kini relevan dan bahkan menjadi simbol identitas. Di sisi lain, narasi tentang brand lokal dari influencer dan eWOM (electronic word-of-mouth) turut memperkuat daya tarik produk dalam negeri.
Menjembatani Keduanya: Sinergi Peluang Fashion
Sebenarnya, debate ini tak harus membenturkan keduanya—brand lokal dan thrifting bisa bersinergi. Produk preloved dari brandlokal atau kolaborasi dengan thrift bisa menciptakan produk baru yang menarik dan unik. Dengan dukungan kebijakan hingga infrastruktur yang tepat, Indonesia berpeluang membentuk ekosistem fashion yang inklusif, kreatif, sekaligus berkelanjutan.
Lebih dari Sekadar Pilihan Gaya
Perdebatan antara #TeamLokal dan #TeamThrift mencerminkan dinamika identitas, ekonomi, dan budaya dalam dunia fashion Indonesia. Namun pada akhirnya, yang paling penting adalah konsumen membuat pilihan berdasarkan nilai, bukan tekanan media sosial. Mau mendukung karya lokal, berburu barang vintage, atau memadukan keduanya—yang terpenting tetap sikap saling menghormati dan refleksi atas gaya hidup yang kita pilih.
Post Comment